Friday, 24 February 2017

Interdependensi Global Sosiologi dan Antropologi



Interdependensi Global Sosiologi dan Antropologi

A.    Perspektif Global dari Visi Sosiologi
            Menurut Frank H.Hankins (Fairch, H.P.dkk, 1982: 302), dalam (Sumaatmaja dan Wihardit ,1999: 2.17) sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan antar manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial.
            Objek utamanya adalah hubungan antarmanusia dalam lingkungan sosial di mana terjadi interaksi sosial yang semakin lama semakin luas dan berkembang. Mulai dari keluarga, teman sepermainan, tetangga, sekampung, sekota, regional provinsi, sampai ke tingkat global antarbangsa. (Sumaatmaja dan Wihardit ,1999: 2.17)
            Motif interaksi sosial sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu. Contohnya hubungan antara produsen dan konsumen yang dilandasi oleh motif ekonomi.Akibat interaksi sosial yang makin intensif sampai ke tingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi.
            Perkembangan IPTEK membawa dampak positif (menambah pengalaman dan kemampuan, pertukaran nilai, dst) maupun negatif (pergaulan bebas, pemakaian obat-obat terlarang, sadisme,dst) bagi kehidupan sosial di negara yang mengalaminya. Dampak positif yang ada patut disyukuri dan dijadikan sesuatu yang bermakna. Dari peristiwa dan interaksi sosial yang ada, menyadarkan manusia agar menghargai satu sama lain karena manusia sama harkat dan derajatnya di sisi Tuhan YME. Sedangkan dampak negatif yang ada wajib diwaspadai oleh semua pihak. Harus menjadi perhatian dan kepedulian kita bahwa ada kelompok manusia yang bertujuan komersial dan barangkali juga bertujuan politik yang secara sengaja melakukan penetrasi budaya untuk meracuni dengan tujuan menghancurkan generasi muda bangsa tersebut. Kita harus secara aktif mencari alternatif pemecahannya.

Ada dua konsep penting ketika mempelajari sosiologi yaitu:
1.      Konsep sosial, yaitu pengertian yang menunjuk pada sesuatu yang biasa kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan konsep ini mudah dipahami dan ada di sekitar kehidupan kita. Seperti, makan, minum, datang, pergi, senang dan sedih.Artinya, tanpa penjelasan lebih rinci dan lanjut, orang dengan mudah memahaminya.
2.      Konsep sosiologi, adalah konsep sosial yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut seperti kebudayaan, masyarakat, struktur sosial derta status dan peran masyarakat. Dan konsep dari sosiologi ini terdiri dari;
a.       Keluarga, sebagai sebuah unit terkecil dan kelompok sosial yang terjadi karena ikatan perkawinan maupun hubungan darah.
b.      Masyarakat, kelompok yang lebih besar dari keluarga. Masyarakat disebut sebagai kumpulan orang yang memiliki tujuan bersama yang disatukan karena ikatan wilayah atau geografis maupun pemikiran yang sama. Mereka bersama menyelenggarakan suatu sistem yang disebut sebagai sistem sosial guna memenuhi tujuan dari kehidupan bersama tersebut.
c.       Struktur sosial, dipahami sebagai suatu sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Sistem pelapisan dalam masyarakat terjadi karena adanya nilai yang dihargai oleh masyarakat yang jumlahnya terbatas sehingga distribusinya dalam masyarakat tidak sama. Mereka yang memperoleh banyak, berada pada lapisan atas sedangkan yang memperoleh sedikit atau tidak memperoleh berada pada lapisan bawah.
d.      Dinamika sosial, seperti halnya makhluk hidup yang lain, masyarakat juga mengalami dinamikanya sendiri. Mulai dari masyarakat yang sederhana menuju masyarakat yang lebih kompleks.Semua itu adalah dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat, modernisasi dan globalisasi sendiri adalah wujud dinamika sosial dalam masyarakat.
e.       Perubahan sosial, sebagai realitas sosial dipahami sebagai perubahan dalam struktur sosial, yaitu perubahan yang menyangkut berbagai perkembangan dalam masyarakat. Misalnya, perubahan sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industri atau dari masyarakat yang sosialis ke masyarakat yang semakin individual.

B.     Perspektif Global Dari Visi Antropologi
            Antropologi, khususnya Antropologi Budaya merupakan studi tentang manusiadengan kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1990: 1112) dalam (Sumaatmadja dan Wihardit, 1999 : 2.19 ). Antropologi adalah studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia (F.A. Hoebel).dan perkembangan  budaya dengan kebudayaan dalam konteks global.
            Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan umat manusia.
            Tidak bisa dipungkiri dalam bidang social dan budaya menimbulkan dampak negatif dari globalisasi antara lain adalah meningkatkan individualisme, perubahan pada pola kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Saat ini dikalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan jati dirinya. Mereka berlomba-lomba meniru gaya hidup alabarat yang tidak cocok jika diterapkan di indonesia, seperti berganti-ganti pasangan, konsumtif dan hedonisme tidak sesuai dengan  nilai-nilai yang berlaku di Negara kita. Untuk itu sebagai generasi muda penerus bangsa kita harus menyadari keberadaan nilai yang masih berlaku di Negara kita. Kita harus pandai di dalam menyeleksi budaya asing yang masuk ke Negara kita. Jika budaya asing tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang berdasarkan pancasila, kita berusaha bersifat terbuka dalam menerima kebudayaan tersebut. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita harus bersuara lantang untuk menolaknya.
            Kejadian-kejadian global dapat diketahui oleh jutaan manusia di berbagai belahan dunia dalam waktu yang singkat berkat perkembangan IPTEK (radio, TV, internet, dsb). Peristiwa, proses, dan arus global yang demikian merupakan pengetahuan, pengalaman kehidupan sehari-hari, namun kita semua wajib memilah-milah mana yang berdampak positif bagi perkembangan dan peningkatan kualitas SDM generasi muda.
            Dalam kehidupan manusia yang semakin terbuka, persilangan kebudayaan sudah menjadi suatu kebutuhan karena proses tersebut tidak dapat dicegah apabila suatu negara ingin menjadi bagian dari warga dunia.
            Untuk itu, ditinjau dari perspektif budaya dan Antropologi, kewaspadaan terhadap dampak negatif harus menjadi kepedulian kita semua.
            Adapun konsep-konsep dalam antropologi, di antaranya; kebudayaan, evolusi,culture area,enkulturasi, difusi, akulturasi, entosentrisme, tradisi, ras dan etnik, stereotip, kekerabatan, magis, tabu dan perkawinan.
            Kebudayaan, pengertiannya mengacu pada kumpulan pengetahuan yang secara sosial yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna ini kontras dengan pengertian “kebudayaan” sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian.
            Evolusi, konsep ini mengacu pada sebuah transformasi yang berlangsung secara bertahap. Walaupun istilah tersebut merupakan istilah umum yang dipakai dalam berbagai bidang studi. Dalam pandangan para antropolog istilah “evolusi” yang merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk ke bentuk lain melalui mata rantai transformasi dan modifikasi yang tak pernah putus, pada umumnya diterima sebagai awal landasan berpikir mereka.
            Culture area (daerah budaya), adalah suatu daerah geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas lain yang dimilikinya.
            Enkulturasi, konsep ini mengacu pada suatu proses pembelajaran kebudayaan. Dengan demikian pada hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua, melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya.
            Difusi, adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas, sehingga melewati batas tempat dimana kebudayaan itu timbul. Biasanya dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep “inovasi” (pembaharuan).
            Akulturasi, adalah proses pertukaran ataupun pengeruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang beda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri.
            Etnosentrisme, adalah tiap-tiap kelompok yang cenderung berpikir bahwa kebudayaan dirinya itu adalah superior daripada semua budaya yang lain. Oleh karena itu etnosentrisme merupakan penghambat ketiga dalam keterampilan komunikasi interkultural setelah kecemasann dan mengumpamakan persamaan sebagai perbedaan.
            Tradisi, adalah suatu pola prilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun-temurun.
            Ras, adalah sekelompok orang yang memiliki sejumlah ciri biologis (fisik) tertentu atau suatu populasi yang memiliki suatu kesamaan dalam sejumlah unsur biologis (fisik) yang khas disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan.
            Stereotip, adalah generalisasi yang relatif tetap mengenai kelompok atau kelas manusia yang menjurus ke hal-hal negatif ataupun tudak menguntungkan, meskipun beberapa penulis juag memasukkan konsep stereotip positif.
            Kekerabatan, merupakan konsep inti dalam antropologi. Konsep ini merujuk pada tipologi klasifikasi kerabat menurut penduduk tertentu berdasarkan aturan-aturan keturunan dan aturan-aturan perkawinan.
            Magis, merupakan penerapan yang salah pada dunia material dari hukum pikiran dengan maksud untuk mendukung sistem palsu dari hukuk alam.
            Tabu, adalah persentuhan antara hal-hal duniawi dan hal yang keramat, termasuk yang suci dan yang cemar.

C.    Hubungan Sosiologi dengan Antropologi
            Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan IPTEK di bidang transportasi dan komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV, Radio, telepon, dan internet) telah makin mengintensifkan interaksi sosial tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu dampaknya yaitu pakaian, makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh masyarakat tertentu, tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional, maupun global. Tatanan nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ala Eropa. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu termasuk tradisional, sekarang berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri tetapi sudah menyebar kesegala penjuru dunia, misalnya kesenian gamelan, kungfu, dan lain - lain. Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olahraga, pertemuan pramuka tingkat daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Hal seperti itu akan berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif pertukaran pengalaman, kemampuan, dan nilai. Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara pemecahannya.
            Pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai sampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari masa yang lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah satunya yang terus berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah IPTEK. Hanya saja disini wajib disadari bahwa IPTEK itu produk akal pikiran manusia sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah dikendalikan IPTEK, justru sebaliknya manusia yang mengendalikan IPTEK. Dengan pengembangan dan peningkatan daya pikir yang aktif dan kritis, dapat menghindarkan diri dari ketergantungan terhadap IPTEK yang hakikatnya adalah produk budaya, yang seharusnya manusia dapat mengendalikannya. Disinilah uniknya budaya dan disini pula persepektif antropologi.
            Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi social yang dilakukan oleh anggota-anggota masyarakat bersangkutan. Suasana kondusif terselenggaranya pendidikan sangat ditentukan oleh ketentraman, jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang stabil (politik), sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota masyarakat tadi (psikologi). Hal tersebut merupakan contoh dan ilustrasi dari  yang dapat hayati dalam diri masing-masing serta dalam kenyataan hidup di masyarakat dari waktu ke waktu.
             Dalam kehidupan umat manusia yang makin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Mengapa demikian?. Kenyataannya Negara-negara di dunia termasuk di dalamya Indonesia secara sengaja  melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia, pertukaran pelajar antar Negara, belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia yang menjadi dutanya berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakannya bercampur baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan.
            Demikianlah proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok manusia, dan bahwa oleh Negara-negara di dunia ini. Namun satu hal, seperti telah dikemukan terdahulu, kewaspadaan terhadap dampak negatif harus menjadi kepedulian kita semua. Ditinjau dari konteks budaya dan antropologi, hal itulah yang wajib menjadi pengangan kita bersama.
            Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi. Objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat selalu berkebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan sangat erat. Masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Jika diibaratkan sosiologi merupakan tanah untuk tumbuhnya kebudayaan. Kebudayaan selalu bercorak sesuai dengan masyarakat. Masyarakat berhubungan dengan susunan serta proses hubungan antaramanusia dan golongan. Jadi, dapat disimpulkan hubungan sosiologi dengan antropolgi  adalah berhubungan dengan isi/corak dari hubungan antara manusia dan golongan.Oleh karena itu baik masyarakat atau kebudayaan sangat penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan keduanya berbeda.

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat 2003, Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta
Sumaartmadja ,Nursed dan Wihardit , Kuswaya. 1999. Perspektif Global. Universitas
            Terbuka.
Umi Oktyari R. 1998. Perspektif Global . Jakarta : Departemen P & K Dirjen Dikti

No comments:

Post a Comment