Interdependensi Global
Sosiologi dan Antropologi
A. Perspektif Global dari Visi
Sosiologi
Menurut
Frank H.Hankins (Fairch, H.P.dkk, 1982: 302), dalam (Sumaatmaja dan Wihardit
,1999: 2.17) sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan
kelompok-kelompok umat manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu
sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan
antar manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri,
atau yang disebut lingkungan sosial.
Objek
utamanya adalah hubungan antarmanusia dalam lingkungan sosial di mana terjadi
interaksi sosial yang semakin lama semakin luas dan berkembang. Mulai dari
keluarga, teman sepermainan, tetangga, sekampung, sekota, regional provinsi,
sampai ke tingkat global antarbangsa. (Sumaatmaja dan Wihardit ,1999: 2.17)
Motif
interaksi sosial sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu. Contohnya
hubungan antara produsen dan konsumen yang dilandasi oleh motif ekonomi.Akibat
interaksi sosial yang makin intensif sampai ke tingkat global, menunjukkan
perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi.
Perkembangan
IPTEK membawa dampak positif (menambah pengalaman dan kemampuan, pertukaran
nilai, dst) maupun negatif (pergaulan bebas, pemakaian obat-obat terlarang,
sadisme,dst) bagi kehidupan sosial di negara yang mengalaminya. Dampak positif
yang ada patut disyukuri dan dijadikan sesuatu yang bermakna. Dari peristiwa
dan interaksi sosial yang ada, menyadarkan manusia agar menghargai satu sama
lain karena manusia sama harkat dan derajatnya di sisi Tuhan YME. Sedangkan
dampak negatif yang ada wajib diwaspadai oleh semua pihak. Harus menjadi
perhatian dan kepedulian kita bahwa ada kelompok manusia yang bertujuan
komersial dan barangkali juga bertujuan politik yang secara sengaja melakukan
penetrasi budaya untuk meracuni dengan tujuan menghancurkan generasi muda
bangsa tersebut. Kita harus secara aktif mencari alternatif pemecahannya.
Ada dua konsep penting
ketika mempelajari sosiologi yaitu:
1. Konsep sosial, yaitu pengertian yang menunjuk
pada sesuatu yang biasa kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan konsep ini
mudah dipahami dan ada di sekitar kehidupan kita. Seperti, makan, minum,
datang, pergi, senang dan sedih.Artinya, tanpa penjelasan lebih rinci dan
lanjut, orang dengan mudah memahaminya.
2. Konsep sosiologi, adalah konsep sosial yang
membutuhkan penjelasan lebih lanjut seperti kebudayaan, masyarakat, struktur
sosial derta status dan peran masyarakat. Dan konsep dari sosiologi ini terdiri
dari;
a. Keluarga, sebagai sebuah unit terkecil dan
kelompok sosial yang terjadi karena ikatan perkawinan maupun hubungan darah.
b. Masyarakat, kelompok yang lebih besar dari
keluarga. Masyarakat disebut sebagai kumpulan orang yang memiliki tujuan
bersama yang disatukan karena ikatan wilayah atau geografis maupun pemikiran
yang sama. Mereka bersama menyelenggarakan suatu sistem yang disebut sebagai
sistem sosial guna memenuhi tujuan dari kehidupan bersama tersebut.
c. Struktur sosial, dipahami sebagai suatu sistem berlapis-lapis
dalam masyarakat. Sistem pelapisan dalam masyarakat terjadi karena adanya nilai
yang dihargai oleh masyarakat yang jumlahnya terbatas sehingga distribusinya
dalam masyarakat tidak sama. Mereka yang memperoleh banyak, berada pada lapisan
atas sedangkan yang memperoleh sedikit atau tidak memperoleh berada pada
lapisan bawah.
d. Dinamika sosial, seperti halnya makhluk hidup
yang lain, masyarakat juga mengalami dinamikanya sendiri. Mulai dari masyarakat
yang sederhana menuju masyarakat yang lebih kompleks.Semua itu adalah dinamika
sosial yang terjadi dalam masyarakat, modernisasi dan globalisasi sendiri
adalah wujud dinamika sosial dalam masyarakat.
e. Perubahan sosial, sebagai realitas sosial
dipahami sebagai perubahan dalam struktur sosial, yaitu perubahan yang
menyangkut berbagai perkembangan dalam masyarakat. Misalnya, perubahan sosial
dari masyarakat agraris ke masyarakat industri atau dari masyarakat yang
sosialis ke masyarakat yang semakin individual.
B. Perspektif Global Dari Visi Antropologi
Antropologi, khususnya Antropologi Budaya merupakan studi tentang
manusiadengan kebudayaannya (Koentjaraningrat,
1990: 1112) dalam (Sumaatmadja dan Wihardit, 1999 : 2.19 ). Antropologi
adalah studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada
kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia (F.A. Hoebel).dan
perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global.
Sudut
pandang Antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati,
dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta
unsur-unsurnya berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan umat
manusia.
Tidak
bisa dipungkiri dalam bidang social dan budaya menimbulkan dampak negatif dari
globalisasi antara lain adalah meningkatkan individualisme, perubahan pada pola
kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Saat ini
dikalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan jati dirinya. Mereka
berlomba-lomba meniru gaya hidup alabarat yang tidak cocok jika diterapkan di
indonesia, seperti berganti-ganti pasangan, konsumtif dan hedonisme tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di Negara kita. Untuk itu sebagai
generasi muda penerus bangsa kita harus menyadari keberadaan nilai yang masih
berlaku di Negara kita. Kita harus pandai di dalam menyeleksi budaya asing yang
masuk ke Negara kita. Jika budaya asing tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa kita yang berdasarkan pancasila, kita berusaha bersifat terbuka dalam
menerima kebudayaan tersebut. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa kita harus bersuara lantang untuk menolaknya.
Kejadian-kejadian
global dapat diketahui oleh jutaan manusia di berbagai belahan dunia dalam
waktu yang singkat berkat perkembangan IPTEK (radio, TV, internet, dsb).
Peristiwa, proses, dan arus global yang demikian merupakan pengetahuan,
pengalaman kehidupan sehari-hari, namun kita semua wajib memilah-milah mana
yang berdampak positif bagi perkembangan dan peningkatan kualitas SDM generasi
muda.
Dalam
kehidupan manusia yang semakin terbuka, persilangan kebudayaan sudah menjadi
suatu kebutuhan karena proses tersebut tidak dapat dicegah apabila suatu negara
ingin menjadi bagian dari warga dunia.
Untuk
itu, ditinjau dari perspektif budaya dan Antropologi, kewaspadaan terhadap
dampak negatif harus menjadi kepedulian kita semua.
Adapun konsep-konsep dalam antropologi, di
antaranya; kebudayaan, evolusi,culture
area,enkulturasi, difusi, akulturasi, entosentrisme, tradisi, ras dan etnik, stereotip, kekerabatan, magis, tabu dan perkawinan.
Kebudayaan, pengertiannya mengacu pada kumpulan
pengetahuan yang secara sosial yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Makna ini kontras dengan pengertian “kebudayaan” sehari-hari yang
hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan
santun dan kesenian.
Evolusi, konsep ini mengacu pada sebuah
transformasi yang berlangsung secara bertahap. Walaupun istilah tersebut
merupakan istilah umum yang dipakai dalam berbagai bidang studi. Dalam pandangan
para antropolog istilah “evolusi” yang merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk
kehidupan berkembang dari suatu bentuk ke bentuk lain melalui mata rantai
transformasi dan modifikasi yang tak pernah putus, pada umumnya diterima
sebagai awal landasan berpikir mereka.
Culture area (daerah budaya), adalah suatu
daerah geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas lain
yang dimilikinya.
Enkulturasi, konsep ini mengacu pada suatu
proses pembelajaran kebudayaan. Dengan demikian pada hakikatnya setiap orang
sejak kecil sampai tua, melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai
makhluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat
memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotornya.
Difusi, adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan secara meluas, sehingga melewati batas tempat dimana kebudayaan itu
timbul. Biasanya dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep “inovasi”
(pembaharuan).
Akulturasi, adalah proses pertukaran ataupun
pengeruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang beda sifatnya, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan
diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri.
Etnosentrisme, adalah tiap-tiap kelompok yang
cenderung berpikir bahwa kebudayaan dirinya itu adalah superior daripada semua
budaya yang lain. Oleh karena itu etnosentrisme merupakan penghambat ketiga
dalam keterampilan komunikasi interkultural setelah kecemasann dan
mengumpamakan persamaan sebagai perbedaan.
Tradisi, adalah suatu pola prilaku atau
kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal
sehingga menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun-temurun.
Ras, adalah sekelompok orang yang memiliki
sejumlah ciri biologis (fisik) tertentu atau suatu populasi yang memiliki suatu
kesamaan dalam sejumlah unsur biologis (fisik) yang khas disebabkan oleh faktor
hereditas atau keturunan.
Stereotip, adalah generalisasi yang relatif
tetap mengenai kelompok atau kelas manusia yang menjurus ke hal-hal negatif
ataupun tudak menguntungkan, meskipun beberapa penulis juag memasukkan konsep
stereotip positif.
Kekerabatan, merupakan konsep inti dalam
antropologi. Konsep ini merujuk pada tipologi klasifikasi kerabat menurut
penduduk tertentu berdasarkan aturan-aturan keturunan dan aturan-aturan
perkawinan.
Magis, merupakan penerapan yang salah pada
dunia material dari hukum pikiran dengan maksud untuk mendukung sistem palsu
dari hukuk alam.
Tabu, adalah persentuhan antara hal-hal duniawi
dan hal yang keramat, termasuk yang suci dan yang cemar.
C. Hubungan Sosiologi dengan
Antropologi
Sebagai
dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan IPTEK di bidang transportasi dan
komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya
jaringan jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin
cepat dan meluas. Kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV,
Radio, telepon, dan internet) telah makin mengintensifkan interaksi sosial
tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu dampaknya yaitu pakaian,
makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh masyarakat tertentu,
tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional, maupun
global. Tatanan nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman,
tepuk punggung, tegur sapa ala Eropa. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu
termasuk tradisional, sekarang berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri
tetapi sudah menyebar kesegala penjuru dunia, misalnya kesenian gamelan,
kungfu, dan lain - lain. Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olahraga,
pertemuan pramuka tingkat daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi
yang meluas. Hal seperti itu akan berdampak lokal, nasional, maupun global,
misalnya yang berdampak positif pertukaran pengalaman, kemampuan, dan nilai.
Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif sampai ke tingkat global
menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses modernisasi.
Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan
yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara
pemecahannya.
Pada
hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari
tingkat lokal sampai sampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya
dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup,
selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai
mengglobal. Perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan
dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek
kebudayaannya, perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari
masa yang lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah
satunya yang terus berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta
pemanfaatannya adalah IPTEK. Hanya saja disini wajib disadari bahwa IPTEK itu
produk akal pikiran manusia sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah
dikendalikan IPTEK, justru sebaliknya manusia yang mengendalikan IPTEK. Dengan
pengembangan dan peningkatan daya pikir yang aktif dan kritis, dapat
menghindarkan diri dari ketergantungan terhadap IPTEK yang hakikatnya adalah
produk budaya, yang seharusnya manusia dapat mengendalikannya. Disinilah
uniknya budaya dan disini pula persepektif antropologi.
Pendidikan
tidak dapat dilepaskan dari interaksi social yang dilakukan oleh
anggota-anggota masyarakat bersangkutan. Suasana kondusif terselenggaranya
pendidikan sangat ditentukan oleh ketentraman, jaminan peraturan, kepemimpinan,
dan pemerintahan yang stabil (politik), sehingga terdapat serta tumbuh
ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota masyarakat tadi (psikologi).
Hal tersebut merupakan contoh dan ilustrasi dari yang dapat hayati dalam diri masing-masing
serta dalam kenyataan hidup di masyarakat dari waktu ke waktu.
Dalam kehidupan umat manusia yang makin
terbuka, persilangan kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan
sudah menjadi kebutuhan. Mengapa demikian?. Kenyataannya Negara-negara di dunia
termasuk di dalamya Indonesia secara sengaja
melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia, pertukaran pelajar antar
Negara, belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang
ilmu pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia yang menjadi dutanya
berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakannya bercampur
baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur
kebudayaan.
Demikianlah
proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok
manusia, dan bahwa oleh Negara-negara di dunia ini. Namun satu hal, seperti
telah dikemukan terdahulu, kewaspadaan terhadap dampak negatif harus menjadi
kepedulian kita semua. Ditinjau dari konteks budaya dan antropologi, hal itulah
yang wajib menjadi pengangan kita bersama.
Seorang
manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun
orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin
menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal
menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan
melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat. Hal-hal tersebut dapat
dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi. Objek kajian sosiologi
adalah masyarakat. Masyarakat selalu berkebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan
tidak sama, tetapi berhubungan sangat erat. Masyarakat menjadi kajian pokok
sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Jika diibaratkan
sosiologi merupakan tanah untuk tumbuhnya kebudayaan. Kebudayaan selalu
bercorak sesuai dengan masyarakat. Masyarakat berhubungan dengan susunan serta
proses hubungan antaramanusia dan golongan. Jadi, dapat disimpulkan hubungan
sosiologi dengan antropolgi adalah
berhubungan dengan isi/corak dari hubungan antara manusia dan golongan.Oleh
karena itu baik masyarakat atau kebudayaan sangat penting bagi sosiologi dan antropologi.
Hanya saja, penekanan keduanya berbeda.
Daftar
Pustaka
Koentjaraningrat 2003, Pengantar Antropologi I. Jakarta
: Rineka Cipta
Sumaartmadja ,Nursed dan Wihardit , Kuswaya. 1999. Perspektif
Global. Universitas
Terbuka.
Umi Oktyari R. 1998. Perspektif Global .
Jakarta : Departemen P & K Dirjen Dikti
No comments:
Post a Comment