Friday 24 February 2017

HAKIKAT DAN LATAR BELAKANG LAHIRNYA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah.
Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.      Apa hakikat pembelajaran tematik terpadu?
2.      Bagaimana latar belakang lahirnya pembelajaran tematik terpadu?
3.      Bagaimana rasional dalam pembelajaran tematik terpadu ?
4.      Apa saja konsep-konsep pembelajaran tematik terpadu?
5.      Apa saja karakteristik pembelajaran tematik terpadu?
6.      Bagaimana tujuan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu?

C.    Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1.      Hakikat pembelajaran tematik terpadu
2.      Latar belakang lahirnya pembelajaran tematik terpadu
3.      Rasional d pembelajaran tematik terpadu
4.      Konsep-konsep pembelajaran tematik terpadu
5.      Karakteristik pembelajaran tematik terpadu
6.      Tujuan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu

PEMBAHASAN

1.      HAKIKAT DAN LATAR BELAKANG LAHIRNYA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
a.      Hakikat Pembelajaran Pembelajaran Tematik Terpadu
Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran.
Berikut beberapa pengertian pembelajaran tematik terpadu menurut para ahli yaitu :
1.      Menurut Poerwadarminta (dalam Abdul Majid, 2014:80) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
2.      Menurut Hadisubroto (dalam  Trianto, 2010:57) pembelajaran terpadu adalah pembelajarana yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncangakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3.      Menurut Abdul Majid (2014:80) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik.
4.      Menurut Abdul Majid (2014:85) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

b.      Latar Belakang Lahirnya Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Bell (dalam Abdul Majid (2014:84) pembelajaran terpadu berawal dari pengembangan skema-skema pengetahuan yang ada di dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan salah satu pengembangan filsafat konstruktivisme. Salah satu pandangan tentang proses kontruktivisme dalam pembelajaran adalah bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-regulation). Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya
Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik.
Pendukung gaya belajar dengan pendekatan terintegrasi berakar dari tradisi pendidikan progresif, inspirasi dari tokoh filsafat yaitu Friedrich Froebel, Yohanes Dewey, Piaget Jean, dan Rudolf Steiner (Compton, 2000). Menurut aliran progresif, anak merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Dewey mengungkapkan bahwa Education is growth, development, and life. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan pengetahuan pengalaman hidup. (Sukmadinata, 2002)
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dilakukan sebagai pendekatan belajar-mengajar yang melibatkan beberapa bidng studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Kegiatan pembelajaran terpadu memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, paling tidak pelaksanaan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan sedangkan cara yang kedua, tiap kali oertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu.
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep dari pendekatan terpadu itu sendiri. Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989)
Sedangkan menurut Ahmadi dan Amri (2014:75-76) dalam rencana penerapan Kurikulum 2013 disajikan model pembelajaran Tematik Integratif. Ini mungkin yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dengan pola Tematik Integratif ini, buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran. Namun, berdasarkan tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Kita ambil contoh, dalam pelajaran kelas I SD ada 8 tematik, yakni diriku; kegemaranku; kegiatanku; keluargaku; pengalamanku; lingkungan bersih, sehat, dan asri; benda, binatang, dan tanaman di sekitarku; serta peristiwa alam. Ditambah lagi dengan pendidikan agama dan budi pekerti.
Dalam Kurikulum 2013 ini, siswa diarahkan untuk mampu mengeksplor dirinya sendiri menuju arah perkembangan. Siswa tidak lagi belajar IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, atau mata pelajaran lainnya. Akan tetapi,  siswa belajar tema yang didalam tema itu sudah mencakup seluruh mata pelajaran dan kompetensinya. Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antar mata pelajaran. Eksplorasi pada pelajaran sistem tematik ini bertujuan agar peserta didik/siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Lantas untuk menjembatani hal tersebut, obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Siswa diarahkan untuk memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Tujuan lainnya, agar siswa/peserta didik tidak menjadi sosok yang asal menerima atau belajar untuk hafal. Ia diaharapkan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Konsep menjadi diri sendiri dengan mengembangkan aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik pada diri mereka dapat lebih digali. Diharapkan nantinya siswa/peserta didi mampu menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya. Tentunya hal ini dengan acuan mampu berkancah pada tantangan global yang berakar pada lokaliras. Dalam sistem tematik integratif ini, indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Untuk mata pelajaran IPA dan IPS di SD tidak diajarkan secara terpisah, tetapi indikatornya dibuat muncul atau diperjelas sejak kelas IV SD.

B.     RASIONAL DAN KONSEP-KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
a.      Rasional Pembelajaran Tematik Terpadu
Kusnandar (dalam Abdul Majid (2014:79) menyatakan bahwa peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempuranaan pembelajaran di sekolah itu dilakukan melalui perubahan kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum itu memang bersifat dinamis, harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, melalui berbagai observasi dan evaluasi pendidikan, masukan dari pakar pendidik serta masukan dari masyarakat yang peduli pendidikan, pemerintah berusaha untuk memperbaiki kurikulum yang mereka pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun masyrakat banyak yang mengasumsikan bahwa setiap ganti menteri mesti ganti kurikulum, sebagai seorang guru yang profesional sudah seharusnya cepat merespons perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan hal yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti perkembangan masyarakat yang begitu cepat.
Pemerintah (Kemdikbud) mulai tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum baru di semua jenjang pendidikan sekolah. Dari jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK mulai tahun ajaran 2013-2014, akan menerapkan kurikulum baru, terutama di sekolah jenjang SD/MI akan mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak. Salah satu ciri kurikulum tahun 2013 adalah bersifat tematik integrative pada level pendidikan dasar (SD).
Abdul Majid (2014: 95) menyatakan bahwa pada dasarnya bagi siswa, keterpaduan pemahaman selalu berlangsung baik secara vertical maupun secara horizontal. Keterpaduan yang bersifat vertical berlangsung mulai materi pelajaran kelas 1 sampai dengan materi kelas 6, dan bahkan keterpaduan pemahaman berlangsung mulai TK sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti sekolah lanjutan. Pemahaman pada topic/konsep kelas 2, dan begitu seharusnya. Dengan demikian, pemahaman konsep selalu bersinergi melalui keterpaduan pemahaman.
Keterpaduan pemahaman secara horizontal merupakan keterpaduan tentang keluasan dan kedalaman materi pembelajaran dalam satu mata pelajaran. Ketika mata pelajaran disajikan guru dan dipahami siswa secara terpisah., diharapkan supaya dampak keterpaduan pemahaman kumulatif ini akan berkembang menjadi dasar pemahaman topic/konsep yang terkait pada masa mendatang.
Dalam pelaksanaan kegiatannya hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Jadi, dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
b.      Konsep-konsep Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Goys Keraf (2001:107) kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti ”menempatkan” atau ”meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai  berubah menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti ”sesuatu yang telah diuraikan” atau ”sesuatu yang telah ditempatkan”
Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang meliibatkan beberpa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapaat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar-mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus mampu  merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
Menurut Abdul Majid (2014:85-87) pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
  2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
  3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
  4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Menurut Depdikbud (dalam Abdul Majid (2014:85) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar didasari beberapa hal, yaitu:
  1. Sesuai dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik.
  2. Sesuai dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu membuahkan penguasaan isi pembelajaran secara utuh.
  3. Idealisasi pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “keluarga” dapat ditinjau dari mata pelajaran pkn, bahasa, matenatika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain.
Jadi, pembelajara terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna pada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkan  dengan konseplain yang mereka pahami.

C.    KARAKTERISTIK DAN TUJUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD
a.      Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu di SD
Abdul Majid (2014:89-91) menyatakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
1.      Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untukmelakukan aktifitas belajar.
2.      Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,siswa di hadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai asar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran di arahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep –konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari – hari .
5.      Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satumata pelajaran dengan mata pelajaran yang laennya.
6.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
       
Sedangkan menurut Depdikbud (dalam Trianto (2010:61-63)), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu :holistic, bermakna, otentik, dan aktif.
1.      Holistik
Suatu gejala taua fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus,  tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak
Pembelajran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segal sisi. Pada gilirannya nanti hal ini kan membuat siswa menjadi lebih baik dan bijak didalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
2.      Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut schemata. Hal ini kan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang di pelajari.
Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan keterkaitanya dengan konsep-konsep lainya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah  yang muncul di dalam kehidupan.
3.      Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru.  Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya jadi lebih otentik. Misalnya hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4.      Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secar fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapai hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotovasi untuk terus menerus belajar. Dengan demikian  pembelajaran terpadu bukan semata-mata merangrang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Sedangkan menurut Kemendikbud (dalam Asep (2013;253-255)) ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain :
1.      Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia Sekolah Dasar
2.      Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
3.      Hasil pembeljaaran sesuai dengan minta dan kebutuhan siswa
Siswa bisa mendalami pokok bahasan tertentu dalam sebuah tema sesuai minat dan kebutuhannya tanpa harus mengganggu atau menghalangi minat dan kebutuhan siswa yang lainnya
4.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa pada konteks belajar yang tidak terstruktur secara ketat, sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas dalam pembelajaran sambil melakukan interaksi social dan budaya dana ada di lingkungannya.
Jadi, dapat disimpulkan karaktaeristik pembelajaran tematik yaitu, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, holistic, bermakna, otentik, dan aktif, hasil pembelajaran sesuai dengan minta dan kebutuhan siswa.
b.      Tujuan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut:
1.      Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu
2.      Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dan tema yang sama
3.      Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran yang lebih mendalam dan berkesan
4.      Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
5.      Lebih bergairah belajar karena mereka dapat belajar dalam situasi nyata
6.      Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks yang jelas
7.      Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan di berikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dari satu pengayaan
8.      Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi

D.    PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU.
Secara umum ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran terpadu yang dikemukakan Trianto (2010:57-60), yaitu:
a.       Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (focus) dalam pembelajaran terpadu. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan tidak keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu :
1)      Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat di gunakan untuk memadukan banyak tema mata pelajaran
2)      Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagiu siswa untuk belajar selanjutnya
3)      Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi anak
4)      Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak
5)      Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
6)      Tema yang di pilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
7)      Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.       Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Menurut Prabowo mengatakan bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya guru dapat berlaku sebagai berikut:
1)      Guru hendaknya jangan menjadi single aktor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar pengajar.
2)      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
3)      Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
c.        Prinsip Evaluasi
Evaluasi dasarnya menjadi focus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila dilakukan evaluasi. Dalam hal ini untuk melaksanakan evalausi dalam pembelajran terpadu,maka diperlukan beberara langkah-langkah positif antara lain:
1)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk meakukan evaluasi diri (self evaluation or self assessment) di samping bentuk evaluasi lainya.
2)      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria  keberhasilan pencapaian tujuan yang akan di capai
d.       Prinsip Reaksi
Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru alam KBM. Karean itu guru di tuntut agar mampu merencanakan dan melaksankan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarhkan aspek yang sempit melainkan kesuatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajrana terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal  yang dicapai melalui  dampak pengiring.

E.     Penting Pembelajaran Terpadu
Menurut Trianto (2010:60-61) pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:
  1. Dunia Anak adalah Dunia Nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau peristiwa yang di dalamnya memuat sejmlah konsep atau materi beberapa mat pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di pasar, mereka akan di hadapkan dengan suatu perhitungan (matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA),  dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia),  harga yang naik turun (IPS) dan beberapa materi pelajaran lain.
  1.  Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek  sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru.

  1. Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih mermakna apabila pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
  1. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), ketrampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan) dan ranah kognitif (pengetahuan)
  1. Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
  1. Efesiensi Waktu
Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.

F.     LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Menurut Abdul Majid (2010:87-88) landasan pembelajaran tematik mencakup;
1.      Landasan Filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didikyang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didikdari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2.      Landasan Psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3.      Landasan yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Pengajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pengajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar karena, dunia anak adalah dunia nyata,  proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh, guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar.
Jadi, pembelajarn terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara invididual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna dan otentik. Pembelajaran tematik terpadu juga memiliki karakteristik; berpusat pada siswa,, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, serta menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
B.     Saran 
            Guru yang baik seharusnya selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model-model pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik serta bermakna bagi siswa.
            Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ahmadi,Khoiru dan Sofan Amri. 2014. Pengembangan & Model Pembelajaran Tematik Integratif. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya
Hendra Jati Puspita, edisi 9 tahun ke-5 tahun 2016 “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA KELAS VB SD NEGERI TEGALREJO 1 YOGYAKARTA, http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/download/1344/1219, 3 Februari 2017
Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional.Jakarta:Esensi Erlangga Group
Trianto..2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: PT Bumi Aksara










No comments:

Post a Comment