PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Saat ini, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan
Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara
murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan
mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat
segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir
holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah
akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna
bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu
siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran
maupun antar mata pelajaran.
Selain itu, dengan pelaksanaan
pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III)
antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka
mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Permasalahan tersebut menunjukkan
bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di
Indonesia cukup rendah.
Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan
melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran
terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran
mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus
pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.
Apa
hakikat pembelajaran tematik terpadu?
2.
Bagaimana
latar belakang lahirnya pembelajaran tematik terpadu?
3.
Bagaimana
rasional dalam pembelajaran tematik terpadu ?
4.
Apa
saja konsep-konsep pembelajaran tematik terpadu?
5.
Apa
saja karakteristik pembelajaran tematik terpadu?
6.
Bagaimana
tujuan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas,
maka tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Hakikat pembelajaran tematik terpadu
2. Latar belakang lahirnya pembelajaran tematik terpadu
3. Rasional d pembelajaran tematik terpadu
4. Konsep-konsep pembelajaran tematik terpadu
5. Karakteristik pembelajaran tematik terpadu
6. Tujuan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
PEMBAHASAN
1.
HAKIKAT
DAN LATAR BELAKANG LAHIRNYA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
a.
Hakikat
Pembelajaran Pembelajaran
Tematik Terpadu
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri
aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator
dan mediator pembelajaran.
Berikut beberapa pengertian pembelajaran tematik terpadu menurut para ahli
yaitu :
1.
Menurut Poerwadarminta (dalam Abdul Majid, 2014:80)
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan.
2.
Menurut Hadisubroto (dalam Trianto, 2010:57) pembelajaran terpadu adalah
pembelajarana yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang
dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep
lain, yang dilakukan secara spontan atau direncangakan, baik dalam satu bidang
studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
3.
Menurut Abdul Majid (2014:80) pembelajaran tematik
merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna,
dan otentik.
4.
Menurut Abdul Majid (2014:85) pembelajaran tematik
merupakan
pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal
dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
b.
Latar Belakang
Lahirnya Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Bell (dalam Abdul Majid
(2014:84) pembelajaran terpadu berawal dari pengembangan skema-skema
pengetahuan yang ada di dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan salah satu
pengembangan filsafat konstruktivisme. Salah satu pandangan tentang proses
kontruktivisme dalam pembelajaran adalah bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif ini hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan diri (self-regulation).
Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak
melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri
aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator
dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih
berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan
siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik.
Pendukung gaya belajar dengan
pendekatan terintegrasi berakar dari tradisi pendidikan progresif, inspirasi
dari tokoh filsafat yaitu Friedrich Froebel, Yohanes Dewey, Piaget Jean, dan
Rudolf Steiner (Compton, 2000). Menurut aliran progresif, anak merupakan satu
kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan
perkembangan intelektual. Dewey mengungkapkan bahwa Education is growth,
development, and life. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak
mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri.
Proses pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan reorganisasi,
rekonstruksi, dan pengetahuan pengalaman hidup. (Sukmadinata, 2002)
Pembelajaran terpadu sebagai suatu
konsep dapat dilakukan sebagai pendekatan belajar-mengajar yang melibatkan
beberapa bidng studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Kegiatan
pembelajaran terpadu memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema.
Dengan demikian, paling tidak pelaksanaan belajar mengajar dengan cara ini
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, materi beberapa mata pelajaran
disajikan dalam tiap pertemuan sedangkan cara yang kedua, tiap kali oertemuan
hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya
diikat dengan satu tema pemersatu.
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran
di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari
perkembangan akan konsep dari pendekatan terpadu itu sendiri. Menilik
perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model
pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu
yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu dikemukakan
oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang
dikembangkan oleh Jacob (1989)
Sedangkan menurut Ahmadi dan Amri (2014:75-76) dalam
rencana penerapan Kurikulum 2013 disajikan model pembelajaran Tematik
Integratif. Ini mungkin yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Dengan pola Tematik Integratif ini, buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan
mata pelajaran. Namun, berdasarkan
tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan
kompetensi di SD. Kita ambil contoh, dalam pelajaran kelas I SD ada 8 tematik,
yakni diriku; kegemaranku; kegiatanku; keluargaku; pengalamanku; lingkungan
bersih, sehat, dan asri; benda, binatang, dan tanaman di sekitarku; serta peristiwa
alam. Ditambah lagi dengan pendidikan agama dan budi pekerti.
Dalam
Kurikulum 2013 ini, siswa diarahkan untuk mampu mengeksplor dirinya sendiri
menuju arah perkembangan. Siswa tidak lagi belajar IPA, Bahasa Indonesia,
Matematika, atau mata pelajaran lainnya. Akan tetapi, siswa belajar tema
yang didalam tema itu sudah mencakup seluruh mata pelajaran dan kompetensinya.
Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antar mata pelajaran. Eksplorasi pada
pelajaran sistem tematik ini bertujuan agar peserta didik/siswa mampu lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Lantas untuk menjembatani hal tersebut, obyek
yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Siswa
diarahkan untuk memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh
lebih baik. Tujuan lainnya, agar siswa/peserta didik tidak menjadi sosok yang
asal menerima atau belajar untuk hafal. Ia diaharapkan lebih kreatif, inovatif,
dan lebih produktif. Konsep menjadi diri sendiri dengan mengembangkan aspek
kognitif, apektif, dan psikomotorik pada diri mereka dapat lebih digali.
Diharapkan nantinya siswa/peserta didi mampu menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan di zamannya. Tentunya hal ini dengan acuan mampu berkancah pada
tantangan global yang berakar pada lokaliras. Dalam sistem tematik integratif
ini, indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial
akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Untuk mata pelajaran IPA dan IPS di SD
tidak diajarkan secara terpisah, tetapi indikatornya dibuat muncul atau
diperjelas sejak kelas IV SD.
B.
RASIONAL
DAN KONSEP-KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
a.
Rasional
Pembelajaran Tematik Terpadu
Kusnandar (dalam Abdul Majid (2014:79) menyatakan bahwa
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan
perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempuranaan
pembelajaran di sekolah itu dilakukan melalui perubahan kurikulum sekolah oleh
pemerintah. Kurikulum itu memang bersifat dinamis, harus selalu menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, melalui berbagai observasi dan
evaluasi pendidikan, masukan dari pakar pendidik serta masukan dari masyarakat
yang peduli pendidikan, pemerintah berusaha untuk memperbaiki kurikulum yang
mereka pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun
masyrakat banyak yang mengasumsikan bahwa setiap ganti menteri mesti ganti
kurikulum, sebagai seorang guru yang profesional sudah seharusnya cepat
merespons perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan hal
yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti perkembangan
masyarakat yang begitu cepat.
Pemerintah (Kemdikbud) mulai tahun ajaran baru
(2013) akan menerapkan kurikulum baru di semua jenjang pendidikan sekolah. Dari
jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK mulai tahun ajaran
2013-2014, akan menerapkan kurikulum baru, terutama di sekolah jenjang SD/MI
akan mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak. Salah satu ciri kurikulum
tahun 2013 adalah bersifat tematik integrative pada level pendidikan dasar
(SD).
Abdul Majid (2014: 95) menyatakan bahwa pada
dasarnya bagi siswa, keterpaduan pemahaman selalu berlangsung baik secara
vertical maupun secara horizontal. Keterpaduan yang bersifat vertical berlangsung
mulai materi pelajaran kelas 1 sampai dengan materi kelas 6, dan bahkan
keterpaduan pemahaman berlangsung mulai TK sampai ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, seperti sekolah lanjutan. Pemahaman pada topic/konsep kelas 2,
dan begitu seharusnya. Dengan demikian, pemahaman konsep selalu bersinergi
melalui keterpaduan pemahaman.
Keterpaduan pemahaman secara horizontal merupakan
keterpaduan tentang keluasan dan kedalaman materi pembelajaran dalam satu mata
pelajaran. Ketika mata pelajaran disajikan guru dan dipahami siswa secara
terpisah., diharapkan supaya dampak keterpaduan pemahaman kumulatif ini akan
berkembang menjadi dasar pemahaman topic/konsep yang terkait pada masa
mendatang.
Dalam pelaksanaan kegiatannya hanya
mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan
tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan (berpikir holistik),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Jadi, dengan adanya pemaduan itu, siswa akan
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran
terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran.
b.
Konsep-konsep
Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Goys Keraf (2001:107) kata tema berasal dari kata
Yunani tithenai yang berarti
”menempatkan” atau ”meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan
sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya,
tema berarti ”sesuatu yang telah diuraikan” atau ”sesuatu yang telah
ditempatkan”
Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah
untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak
didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar
anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran
tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang meliibatkan beberpa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
pembelajaran ini dapaat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar-mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan
dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan
konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991
dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek
baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran
tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep
dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar
peserta didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas
lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar
dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan
agar dapat hidup dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di sekolah
sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan
untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya
lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
Menurut
Abdul Majid (2014:85-87) pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan
sebagai berikut:
- Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
- Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
- Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
- Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Menurut Depdikbud (dalam Abdul Majid
(2014:85) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar
didasari beberapa hal, yaitu:
- Sesuai dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik.
- Sesuai dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu membuahkan penguasaan isi pembelajaran secara utuh.
- Idealisasi pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif.
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu yang dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari
berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “keluarga” dapat ditinjau dari
mata pelajaran pkn, bahasa, matenatika. Lebih luas lagi, tema itu dapat
ditinjau dari bidang studi lain.
Jadi,
pembelajara
terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
bermakna pada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu,
anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan
langsung dan menghubungkan dengan konseplain yang mereka pahami.
C.
KARAKTERISTIK
DAN TUJUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD
a.
Karakteristik
Pembelajaran Tematik Terpadu di SD
Abdul Majid (2014:89-91) menyatakan bahwa sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
1. Berpusat
pada siswa
Pembelajaran
tematik berpusat pada siswa (student centered).
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator,yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untukmelakukan
aktifitas belajar.
2. Memberikan
pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,siswa di
hadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai asar untuk memahami hal-hal
yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas
Dalam pelajaran tematik, pemisahan
antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran di arahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep –konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari –
hari .
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
satumata pelajaran dengan mata pelajaran yang laennya.
6. Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
Sedangkan menurut Depdikbud (dalam
Trianto (2010:61-63)),
pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau
ciri-ciri, yaitu :holistic, bermakna, otentik, dan aktif.
1. Holistik
Suatu gejala
taua fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati
dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak
Pembelajran
terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segal sisi. Pada
gilirannya nanti hal ini kan membuat siswa menjadi lebih baik dan bijak didalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
2. Bermakna
Pengkajian
suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan
yang disebut schemata. Hal ini kan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
di pelajari.
Rujukan yang
nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan keterkaitanya dengan konsep-konsep
lainya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya ini akan
mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan
belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam
kehidupan.
3. Otentik
Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang
ingin dipelajarinya melalui kegiatan secara langsung. Mereka memahami dari
hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan
pengetahuan yang diperoleh sifatnya jadi lebih otentik. Misalnya hukum
pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih
banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak
sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan
kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk
mencapai tujuan tersebut.
4. Aktif
Pembelajaran
terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secar fisik, mental,
intelektual, maupun emosional guna tercapai hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotovasi
untuk terus menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan
semata-mata merangrang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran
yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu
tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa
dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Sedangkan
menurut Kemendikbud (dalam Asep (2013;253-255)) ciri khas dari pembelajaran
tematik antara lain :
1. Pengalaman
dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
anak usia Sekolah Dasar
2. Kegiatan-kegiatan
yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa
3. Hasil
pembeljaaran sesuai dengan minta dan kebutuhan siswa
Siswa bisa mendalami pokok bahasan
tertentu dalam sebuah tema sesuai minat dan kebutuhannya tanpa harus mengganggu
atau menghalangi minat dan kebutuhan siswa yang lainnya
4. Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik memungkinkan
siswa pada konteks belajar yang tidak terstruktur secara ketat, sehingga mereka
dapat melakukan tugas-tugas dalam pembelajaran sambil melakukan interaksi social
dan budaya dana ada di lingkungannya.
Jadi, dapat
disimpulkan karaktaeristik pembelajaran tematik yaitu,
berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran, bersifat fleksibel, menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan, holistic, bermakna, otentik, dan aktif, hasil
pembelajaran sesuai dengan minta dan kebutuhan siswa.
b. Tujuan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu
merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki
beberapa tujuan, Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai
berikut:
1.
Mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu
2.
Mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dan tema yang
sama
3.
Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran yang
lebih mendalam dan berkesan
4.
Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
5.
Lebih bergairah belajar karena mereka dapat belajar
dalam situasi nyata
6.
Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi yang disajikan dalam konteks yang jelas
7.
Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran
yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan di berikan dalam
2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dari satu pengayaan
8.
Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh
kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi
dan kondisi
D.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU.
Secara umum
ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran terpadu yang dikemukakan Trianto
(2010:57-60), yaitu:
a. Prinsip
Penggalian Tema
Prinsip
penggalian merupakan prinsip utama (focus) dalam pembelajaran terpadu. Artinya
tema-tema yang saling tumpang tindih dan tidak keterkaitan menjadi target utama
dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah
memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu :
1)
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah
dapat di gunakan untuk memadukan banyak tema mata pelajaran
2)
Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih
untuk dikaji harus memberikan bekal bagiu siswa untuk belajar selanjutnya
3)
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologi anak
4)
Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat
anak
5)
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan
peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
6)
Tema yang di pilih hendaknya mempertimbangkan
kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
7)
Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar.
b. Prinsip
Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan
dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses.
Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator
dalam proses pembelajaran. Menurut Prabowo mengatakan bahwa dalam pengelolaan
pembelajaran hendaknya guru dapat berlaku sebagai berikut:
1)
Guru hendaknya jangan menjadi single aktor yang
mendominasi pembicaraan dalam proses belajar pengajar.
2)
Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus
jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
3)
Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang
terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
c.
Prinsip Evaluasi
Evaluasi
dasarnya menjadi focus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat
diketahui hasilnya apabila dilakukan evaluasi. Dalam hal ini untuk melaksanakan
evalausi dalam pembelajran terpadu,maka diperlukan beberara langkah-langkah
positif antara lain:
1)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk meakukan
evaluasi diri (self evaluation or self assessment) di samping bentuk
evaluasi lainya.
2)
Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi
perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang akan di capai
d. Prinsip
Reaksi
Dampak
pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar
belum tersentuh oleh guru alam KBM. Karean itu guru di tuntut agar mampu
merencanakan dan melaksankan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas
tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua
peristiwa serta tidak mengarhkan aspek yang sempit melainkan kesuatu kesatuan
yang utuh dan bermakna. Pembelajrana terpadu memungkinkan hal ini dan guru
hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang
dicapai melalui dampak pengiring.
E.
Penting Pembelajaran Terpadu
Menurut
Trianto (2010:60-61) pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:
- Dunia Anak adalah Dunia Nyata
Tingkat
perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam
kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri.
Mereka melihat objek atau peristiwa yang di dalamnya memuat sejmlah konsep atau
materi beberapa mat pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di pasar,
mereka akan di hadapkan dengan suatu perhitungan (matematika), aneka ragam
makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia), harga
yang naik turun (IPS) dan beberapa materi pelajaran lain.
- Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa
Proses
pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek sangat bergantung
pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu
membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru.
- Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran
akan lebih mermakna apabila pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat
memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat
berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
- Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran
terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan
secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur,
teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), ketrampilan (memperoleh,
memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan
kepemimpinan) dan ranah kognitif (pengetahuan)
- Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan
yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang
diperoleh dari mata pelajaran lain.
- Efesiensi Waktu
Guru dapat
lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa,
guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan
diajarkan.
F.
LANDASAN
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Menurut
Abdul Majid (2010:87-88) landasan pembelajaran tematik mencakup;
1. Landasan
Filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme,
dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi harus diinterpretasikan sendiri
oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan peserta
didikyang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didikdari segi
keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan Psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan
peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa
agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa
harus mempelajarinya.
3. Landasan yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran tematik terpadu
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini
memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran.
Pengajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
berlaku, tetapi sebaliknya pengajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti
minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang
dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin
dipadukan tidak usah dipadukan.
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar
karena, dunia anak adalah dunia nyata,
proses pemahaman anak terhadap
suatu konsep dalam suatu peristiwa, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh,
guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar.
Jadi, pembelajarn terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara invididual maupun kelompok, aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna
dan otentik. Pembelajaran tematik terpadu juga memiliki karakteristik;
berpusat pada siswa,, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat
fleksibel, serta menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
B. Saran
Guru yang baik seharusnya
selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
model-model pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pesan
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik serta bermakna bagi siswa.
Untuk itu guru dituntut
harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat.
Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang
disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh
siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam
membimbing pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ahmadi,Khoiru dan Sofan Amri. 2014. Pengembangan & Model Pembelajaran
Tematik Integratif. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya
Hendra Jati Puspita, edisi 9 tahun ke-5
tahun 2016 “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
TEMATIK TERPADU PADA KELAS VB SD NEGERI TEGALREJO 1 YOGYAKARTA, http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/download/1344/1219,
3 Februari 2017
Suyanto dan
Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru
Profesional.Jakarta:Esensi Erlangga Group
Trianto..2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: PT Bumi Aksara
No comments:
Post a Comment