Saturday 13 May 2017

Buku Kurikulum 2013 (Revisi 2014)

Buku Guru Kelas 1 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Diriku
Tema 2 Kegemaranku
Tema 3 Kegiatanku
Tema 4 Keluargaku
Tema 5 Pengalamanku
Tema 6 Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
Tema 7 Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitarku
Tema 8 Peristiwa Alam

Buku Siswa Kelas 1 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Diriku
Tema 2 Kegemaranku
Tema 3 Kegiatanku
Tema 4 Keluargaku
Tema 5 Pengalamanku
Tema 6 Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
Tema 7 Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku
Tema 8 Peristiwa Alam

Buku Guru Kelas 2 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Hidup Rukun
Tema 2 Bermain di Lingkunganku
Tema 3 Tugasku Sehari-hari
Tema 4 Aku dan Sekolahku
Tema 5 Hidup Bersih dan Sehat
Tema 6 Air Bumi dan Matahari
Tema 7 Merawat Hewan dan Tumbuhan
Tema 8 Keselamatan di Rumah dan Perjalanan

Buku Siswa Kelas 2 :

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Hidup Rukun
Tema 2 Bermain di Lingkunganku
Tema 3 Tugasku Sehari-hari
Tema 4 Aku dan Sekolahku
Tema 5 Hidup Bersih dan Sehat
Tema 6 Air Bumi dan Matahari
Tema 7 Merawat Hewan dan Tumbuhan
Tema 8 Keselamatan Rumah dan Perjalanan

Buku Guru Kelas 3 :

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan
Tema 2 Perkembangan Teknologi
Tema 3 Pereubahan di Alam
Tema 4 Peduli Lingkungan Sosial
Tema 5 Permainan Tradisional
Tema 6 Indahnya Persahabatan
Tema 7 Energi dan Perubahannya
Tema 8 Bumi dan Alam Semesta

Buku Siswa Kelas 3 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan
Tema 2 Perkembangan Teknologi
 Tema 3 Perubahan di Alam
Tema 4 Peduli Lingkungan Sosial
Tema 5 Permainan Tradisional
Tema 6 Indahnya Persahabatan
Tema 7 Energi dan Perubahnnya
Tema 8 Bumi dan Alam Semesta

Buku Guru Kelas 4 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Indahnya Kebersamaan
Tema 2 Selalu Berhemat Energi
Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup
Tema 4 Berbagai Pekerjaan
Tema 5 Pahlawanku
Tema 6 Indahnya Negeriku
Tema 7 Cita-Citaku
Tema 8 Tempat Tinggalku
Tema 9 Makananku Sehat dan Bergizi

Buku Siswa Kelas 4 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Indahnya Kebersamaan
Tema 2 Selalu Berhemat Energi
Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup
Tema 4 Berbagai Pekerjaan
Tema 5 Pahlawanku
Tema 6 Indahnya Negeriku
Tema 7 Cita-Citaku
Tema 8 Tempat Tinggalku
Tema 9 Makanan Sehat dan Bergizi

Buku Guru Kelas 5 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Benda-Benda di Lingkungan Sekitar
Tema 2 Peristiwa Dalam Kehidupan
Tema 3 Kerukunan Dalam Bermasyarakat
Tema 4 Sehat Itu Penting
Tema 5 Bangga Sebagai Bangsa Indonesia
Tema 6 Organ Tubuh Manusia dan Hewan
Tema 7 Sejarah Peradaban Manusia
Tema 8 Ekosistem
Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita

Buku Siswa Kelas 5 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Benda-Benda di Lingkungan Sekitar
Tema 2 Peristiwa Dalam Kehidupan
Tema 3 Kerukunan Dalam Bermasyarakat
Tema 4 Sehat Itu Penting
Tema 5 Bangga Sebagai Bangsa Indonesia
Tema 6 Organ Tubuh Manusia dan Hewan
Tema 7 Sejarah Peradaban Manusia
Tema 8 Ekosistem

Buku Guru Kelas 6 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Selamatkan Makhluk Hidup
Tema 2 Persatuan Dalam Perbedaan
Tema 3 Tokoh dan Penemuan
Tema 4 Globalisasi
Tema 5 Wirausaha
Tema 6 Menuju Masyarakat Sehat
Tema 7 Kepemimpinan
Tema 8 Bumiku
Tema 9 Menjelajah Angkasa Luar

Buku Siswa Kelas 6 :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tema 1 Selamatkan Makhluk Hidup
Tema 2 Persatuan Dalam Perbedaan
Tema 3 Tokoh dan Penemuan
Tema 4 Globalisasi
Tema 5 Wirausaha
Tema 6 Menuju Masyarakat Sehat
Tema 7 Kepemimpinan
Tema 8 Bumiku
Tema 9 Menjelajah Angkasa Luar


Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu



PEMBAHASAN
  1. Pengertian Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Berikut beberapa pengertian pembelajaran tematik terpadu menurut para ahli yaitu :
1.  Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehinggga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006: 5).
2.      Menurut Trianto (2009: 79) Istilah model pembelajaran terpadu sebagai konsep sering dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach).
3.      Menurut Joni, T. R (dalam Trianto (2010:56)) Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran terpadu adalah suatu model pembelajaran yang dalam kegiatan pembelajarannya menggabungkan berbagai materi pelajaran dalam suatu topik tertentu, baik intra studi ataupun antar bidang studi.
  1. Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu
Tabel ragam model pembelajaran terpadu menurut Trianto (2010:42-45)
Nama Model
Deskripsi
Kelebihan
Kelemahan
Terpisah (Fragmented )

(Gambar)

Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah
Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran
Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih sedikit transfer pembelajaran
Keterkaitan /
Keterhubungan
( Connected )

(Gambar)

Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain.
Konsep–konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan (review), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin
Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent tetap terfokus pada satu disiplin ilmu
Berbentuk Sarang/
kumpulan ( Nested )

(Gambar)

Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, dan kontent (c ontents skill ) dicapai di dalam satu mata pelajaran ( subject area )
Memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran
Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran
Dalam satu rangkaian
( Sequence )


(Gambar)
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan, meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda
Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran
Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula
Terbagi ( Shared )

(Gambar)


Perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap ( attitudes ) yang sama
Terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama; dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi
Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi
Bentuk jaring laba-laba
( Webbed )

(Gambar)

Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran
Dapat memotivasi murid-murid: membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan
Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan kontent
Dalam satu alur
( Threaded )

(Gambar)

Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar ‘direntangkan’ melalui berbagai disiplin
Murid-murid mempelajari cara mereka belajar; memfasilitas transfer pembelajaran selanjutnya
Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain
Terpadu ( Integrated )

(Gambar)

Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu, dicari keterampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama
Mendorong murid-murid untuk melihat keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu; murid-murid termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut
Membutuhkan tim antar departemen yang memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama
Immersed

(Gambar)

Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai ( area of interest )
Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu sendiri
Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
Membentuk jejaring
( Networked )

(Gambar)

Pelajar melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya
Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru
Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-upaya menjadi tidak efektif

  1. Model Pembelajaran Tematik Terpadu yang dikembangkan di SD
Menurut Trianto (2011: 115)ada beberapa model pembelajaran terpadu antara lain the fragmented model, the connected model, the nested model, the webbed model. Sedangkan Fogarty (2009:10), ada 10 model pembelajaran terpadu antara lain cellular, connected, nested, sequence, shared, webbed, threated, integrated, immersed, networked.
  1. Pembelajaran Terpadu Tipe Connected
Fogarty (dalam Trianto, 2010:39-40), mengemukakan bahwa midel terhubung (connected) merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengorganisaasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang terkait dengan konsep, ketrampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Dengan kata lain, bahwa pembelajaran terpadu tipe Connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lain, mengaitkan satu ketrampilan dengan ketrampilan lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi.
Sedangkan menurut Shobirin (2016:96) pada pembelajaran ini ciri uitamanya adanya upaya untuk menghubungkan beberapa materi (bahan kajian) ke dalam satu disiplin ilmu. Sebuah model penyajian yang menghubungkan, materi satu dengan materi lain. Menghubungankan tugas/keterampilan yang satu dengan tugas/keterampilan tugas yang lain.

Gambar Diagram peta connected

            Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpaadu model connected adalah pembelajaran yang menghubungkan, materi satu dengan materi lain dalam suatu bidang studi.

  1. Pembelajaran Terpadu Tipe Webbed
Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Sedangkan menurut Shobirin (2016:97) model pembelajaran ini diawali dengan pemilihan tema. Setelah tema ditentukan, dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa direncanakan berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan.


Gambar Pembelajaran TerpaduTipe Webbed


Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran yang  diawali dengan pemilihan tema kemudian, dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran.

  1. Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated
Menurut Trianto (2010:43) model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi.
Pembelajaran terpadu tipe integrated (keterpaduan) adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarbidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty(dalam Trianto, 210:43)). Pada tipe ini tema yang berkaitan dan saling tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program.
Pada tahap awal guru hendaknya membentuk tim antar bidang studi untuk menyeleksi konsep-konsep, keterampilan-keterarnpilan, dan sikap-sikap yang akan dibelajarkan dalam satu semester tertentu untuk beberapa bidang studi, Langkah berikutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang mernpunyai keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa bidang studi. Bidang studi yang diintegrasikan misal matematika seni dan bahasa, dan pelajaran sosial.
Fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Menurut Fogarty (1991) (dalam, Trianto, 2010:43) keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).


Gambar Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Integrated adalah model pem­belajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi.


D.    Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topic tertentu sebagai tema atau topic sentral. Setelah tema ditetapkann, selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait.
 “Tema”, sudah menjadi titik poin dalam pembelajaran tematik, karena tema memiliki fungsi untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Maka dari itu dalam menentukan tema harus benar-benar dilakukan secara hati-hati agar tema tersebut mampu memadukan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi dasar.
Menurut Kunandar (dalam Abdul Majid (2014:99)) Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak secara utuh. Sedangkan menurut Depdiknas (2007) tema adalah pokok pikiran atau gaagsan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

1.      Cara penentuan tema
Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah (2005) (dalam Abdul MAjid (2014:100)  menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa. Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema.

(Gambar)


Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Menutur BSNP (2006), setelah ditemukan tema yang berfungsi sebagai pemersatu atau paying antar bidang studi yang dipadukan, dilakukan pemetaan dengan membagi habis semua kompetensi dasar dan indicator berdasarkan hasil analisis terhadap kompetensi dasar yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian dibuat diagram kaitan (jaringan) antara tema dengan kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini selanjutnya dijabarkan dalam satuan pembelajaran yang memuat aktivitas belajar siswa.
Menurut Abdul Majid (2014: 101-103) dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan siswa, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata, antara lain :
a.       Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa.  Tema yang baik bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
b.  Pengembangan keterampilan dan sikap, apakah tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa di akomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
c.       Kesinambungan Tema, Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.
d.      Materi Belajar Utama dan Tambahan, Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar didalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literature, progam computer, dan internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.
e.       Terukur dan Terbukti, Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan siswa capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunujukkan bukti-bukti itulah yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua siswa.
f.       Kebutuhan Siswa, dalam memilih tema, guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Apakah tema yang kita pilih bisa menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif, Gardner (2007 ) dalam bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu : pikiran yang terlatih, terampil, dan disiplin, pikir mensintesis; pikiran mencipta; pikiran merespek, dan pikiran etis. Apakah tema yang dipilih sudah bisa membekali siswa dengan lima cara berfikir untuk masa depan. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan siswa.
g.       Keseimbangan Pemilihan Tema, seperti telah dijelaskan diatas bahwa pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6 tema. Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi tema-tema lain yang bervariasi.
h.      Aksi Nyata, pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan lingkungan dimana siswa hidup.

2.      Prinsip penentuan tema
Menurut Abdul Majid (2014:103) dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu :
1.      memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa
2.      dari yang termudah menuju ke yang sulit
3.      dari yang sederhana menuju ke yang sulit
a.       dari yang konkret menuju ke yang abstrak
b.      tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
c.   ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
Sedangkan menurut Trianto (2011: 154-156) prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yakni prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi yang secara rinci akan diuraikan seperti berikut :
a.Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b.Tema harus bermakna dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis dan mewadahi sebagian besar minat anak.
c.Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, ketersediaan sumber belajar dan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
d. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam pembelajaran.
e.Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation) disamping bentuk evaluasi lainnya.
g.Guru harus mampu bereaksi terhadap aksi siswa dalam setiap peristiwa dan  tidak mengarahkan aspek yang sempit, tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna

E.     Jaringan Tema/Topik Dalam Mata Pelajaran Di Sd Kelas Rendah Dan Kelas Tinggi
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema, yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu, dan mengembangkan indicator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan tema tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indicator dari setiap mata pelajaran.
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
Menurut Abdul Majid (2014:106) secara umum dalam merencanakan pembelajaran terpadu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya profil siswa yang akan diharapkan, kebijakan-kebijakan kurikulum, kerangka kerja dan silabus. Lonning menggungkapkan mengungkapkan bahwa untuk merancang pembelajaran terpadu model webbed hendaknya memerhatikan langkah-langkah berikut:
1.      Menentukan atau memilih tema sentral.
2.      Mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dibahas,
3.      Memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai,
4.      Menyusun jadwal kegiatan secara sistematis.
Menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya (Kovalik, 1994). Siswa diharapkan dapat mengenal dan mencintai masyarakatnya sehingga dia tidak terisolasi dari kehidupan asalnya.
Untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu, guru merencanakan penjelajahan tema dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara, bertanya, membaca, dan menulis sehingga mereka dapat mengembangkan kreativitasnya.
Berikut diberikan contoh langkah-langkah membuat jaringan tema keterhubungan menurut Rusman (2015: 156-161)
a.      Menetapkan Mata Pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
b.      Mempelajari kompetensi dasar dan indicator dari muatan mata pelajaran yang akan dipadukan
Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari beberapa muatan mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan paying sebuah tema oemersatu. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek dari setiap muatan mata pelajaran yang dapat dipadukan.


Perhatikan contoh berikut :
Bahasa Indonesia
Matematika
IPA
Seni Bidaya dan Prakarya
Mendengarkan
Bilangan cacah sampai dengan tiga angka
Makhluk hidup dan proses kehidupan
Rupa: Gambar ekspresi
Berbicara
Pengukuran: Panjang, berat
Benda dan sifatnya
Gambar imajinatif
Membaca

Energi dan perubahannya
Objek imajinatif
Menulis


Ritme (warna, garis)

Berdasarkan pemetaan aspek dalam setiap muatan mata pelajaran, sebagaimana yang tercetak tebal dan dilingkar di atas, maka selanjutnya dapat ditetapkan kompetensi dasar dan indikator dari setiap muatan mata pelajaran sebagaimana terlihat dalam contoh berikut:
Bahasa Indonesia
Matematika
IPA
Seni Budaya dan Prakarya
Mendeskripsikan binatang di sekitar (secara lisan)
Memahami konsep urutan bilangan cacah
Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna dan bentuk

c.       Memilih dan Menetapkan Tema/Topik Pemersatu
Tahap berikutnya yaitu memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, di antaranya: a) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan c) Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.
Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran tematik bisa ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama siswa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Contoh tema, seperti: ”peristiwa alam”, ”keluarga”, ”kebersihan”, ”kesehatan”, ”rekreasi”, ”alat transportasi”, ”alat komunikasi”, ”pengalaman”, dsb. Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih kongkret. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini.


Sebagai contoh, tema tentang ”PENGALAMAN” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Pengalaman menyenangkan, (2) Pengalaman menyedihkan, (3) Pengalaman lucu/menggelikan. Tema ”ALAT TRANSPORTASI” dapat dikembangkan menjadi anak tema seperti contoh berikut: (1) Alat transportasi darat, (2) Alat transportasi laut, 3) Alat transportasi udara. Tema ”PERISTIWA ALAM” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) banjir, (2) gempa bumi, (3) gunung meletus, (4) tanah longsor, dsb. TEMA Anak Tema 1 Anak Tema 2 Anak Tema 3 Materi 1 Materi 2 Materi 3.

d.       Menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing matapelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/atau matriks jaringan tema yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini harus tampak juga hubungan tema pemersatu dengan indikator-indikator pencapaiannya. Contoh pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu ”BINATANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini.


Gambar Matrik Hubungan KD dan Tema (dalam Rusman, 2015: 160)

Dari bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan secara lebih lengkap dalam contoh matriks berikut:

Muatan Mata Pelajaran
Kompetensi dasar
Indikator
Bahasa Indonesia
Menceritakan binatang di sekitar
·         Menirukan gerak dan suara binatang tertentu
·         Menjelaskan ciri-ciri binatang secara rinci (nama, ciri khasnya, suaranya, di mana hidupnya) dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut
·         Membaca dan melengkapi teks pendek yang dilengkapi dengan gambar
IPA
Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
·         Membuat daftar bagian-bagian utama tubuh hewan (kucing, burung, ikan) dan kegunaannya dari hasil pengamatan
·         Menirukan berbagai suara hewan yang ada di lingkungan sekitar
·         Menggambar sederhana hewan dan menamai bagian-bagian utama tubuh hewan
·         Menceritakan cara hewan bergerak berdasarkan pengamatan misalnya: menggunakan kaki, perut, sayap dan sirip
Matematika
Memahami konsep urutan bilangan cacah
·         Menyebutkan banyaknya benda
·         Membaca dan menulis lambing bilangan dalam kata-kata dan angka
·         Menentukan bahwa kumpulan benda lebih banyak, lebih sedikit, atau sama dengan kumpulan lain
Kerajinan Tangan dan Kesenian
Menanggapi berbagai unsur rupa: bitnik, garis, bidang, warna, bentuk
4.      Mengungkapkan perasaan ketertarikan pada objek yang diamati dari berbagai unsur rupa dan perpaduannya.


e.        Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik
Dari hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran tematik. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran tematik. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari siswa. Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan. Kompetensi dasar setiap matapelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang mata pelajaran yang akan dipadukan, kompetensi dasar dan indikatornya yang akan dicapai, materi pokok, strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber bahan pustaka yang dijadikan rujukan. Contoh format dan pedoman penyusunan silabus pembelajaran tematik dapat dilihat pada matriks terlampir.

f.       Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
  1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
  2. Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
  3. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
  4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).
  5. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
  6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).


PENUTUP

A.        Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas telah diuraikan beberapa pengertian model pembelajaran tematik secara umum, kemudian tentang karakteristik dari model pembelajaran tematik, dan yang terakhir adalah uraian tentang kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran tematik. Dari uraian diatas akhirnya disimpulkan bahwasanya model pembelajaran tematik ini katakanlah populer, lantaran materi dari tiap mata pelajaran dapat kita satukan, atau dengan kata lain, dapat dikait-kaitkan. Dengan begitu, proses penyampaian materi akan lebih mudah diserap karena materi yang diajarkan berikutnya, seolah sudah diajarkan sebelumnya dalam mata pelajaran lain yang dikaitkan dengan mata pelajaran berikutnya.
Model pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab model pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar siswa. Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tematik ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam bentuk penyampaian materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga siswa sekolah dasar akan lebih menyukainya

B.         Saran
Para calon pendidik dan pendidik hendaknya memahami dan menerapkan model-model pembelajaran terpadu. Model pembelajaran tematik ini adalah merupakan model pembelajaran yang dapat dikatakan komprehensif, karena disamping memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa, juga merangsang segi afektif siswa itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Shobiri. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.  Yogyakarta:Deepublish
Rusman.2015. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU.Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada
Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya
Trianto..2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi anak usia dini TK/RA & anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta. Kencana.